Kesultanan Mataram
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
| Nagari Mataram | |||||
|
|||||
Bendera |
|||||
|
Cakupan terluas Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645)
|
|||||
| Ibukota | Kota Gede (1588-1613) Karta (1613-1647) Pleret (1647-1681) |
||||
| Bahasa | Jawa | ||||
| Agama | Islam, Kejawen | ||||
| Pemerintahan | Monarki absolut | ||||
| Panembahan, Susuhunan (Sunan), Sultan | |||||
| - | 1588-1601; t. 1584 | Panembahan Senopati | |||
| - | 1677-1681 | Susuhunan Ing Ngalogo (Paku Buwono I); Hamangku Rat II (pengasingan) |
|||
| Sejarah | |||||
| - | wafat Sultan III Pajang | 1588 | |||
| - | Pemberontakan Trunajaya/Penaklukan Susuhunan Ing Ngalogo | 28 November 1681 | |||
Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar