Spesies pohon akasia di Afrika bagian timur nampaknya dilindungi oleh
sekawanan semut yang tinggal di situ dari kerusakan yang ditimbulkan
oleh kawanan gajah.
Para peneliti dari Universitas Wyoming dan Florida di Amerika Serikat
melakukan serangkaian studi di daerah Laikipidia Tengah, dan Taman
Nasional Tsavo di Kenya, seperti yang dilansir oleh BBC pada tanggal 2 September.
Perlindungan pohon menurun saat jumlah gajah meningkat. Perlindungan
pohon tetap sama ketika para gajah dilarang masuk dengan menggunakan
pagar listrik tinggi di mana hewan-hewan lainnya bisa masuk.
Gajah sangat efektif mencarik kulit kayu dan menghancurkannya ketika
sedang makan. "Jumlah gajah di dataran tinggi tengah Kenya telah
bertambah dengan pesat pada tahun-tahun belakangan ini sehingga kami
mendapati pohon-pohon yang rusak berat karena gajah di berbagai tempat
saat ini," kata Todd Palmer yang merupakan penggagas studi itu.
Namun para peneliti terkesima ketika mereka memperhatikan bahwa
perlindungan pohon hanya menurun di wilayah yang tanahnya agak berpasir
dan bukan yang bertanah liat.
Profesor Palmer bersama Jake Goheen yang mempublikasikan penemuan mereka di jurnal Current Biology, memperhatikan bahwa di wilayah bertanah liat nampaknya cuma satu jenis pohon yaitu akasia yang disebut Acacia drepanolobium. Di wilayah lain dengan tanah agak berpasir, ada lebih banyak jenis pohon.
Yang spesial tentang jenis pohon ini ialah pohon ini memiliki hubungan
simbiosis dengan kawanan semut. Tumbuhan itu menyediakan naungan dan
makanan bagi semut-semut itu, dan sekarang nampaknya semut-semut
tersebut melindungi tumbuhan itu dari kawanan gajah.
Untuk mencari tahu lebih jelas lagi apa yang membuat kawanan gajah
menjauh dari pohon-pohon ini, Profesor Palmer dan Goheen pertama-tama
mengeluarkan kawanan semut dari tumbuhan semut tersebut.
Kawanan gajah kemudian menjadi tertarik untuk memakan pohon-pohon itu,
tapi kawanan semut itu datang kembali. Lebih banyak semut yang ada,
lebih kurang gajah-gajah yang ingin memakan pohon-pohon itu.
Setelah itu, mereka memberikan empat jenis cabang pohon kepada
gajah-gajah setengah liar di pusat rehabilitasi di Taman Nasional Tsavo.
Para gajah mencoba tumbuhan semut, baik tanpa semut atau ada semut, dan
tumbuhan akasia lainnya, juga tanpa atau ada semut. "Para gajah bahkan
tak mau menyentuh cabang-cabang yang ada semutnya, mereka bisa mencium
semut-semut itu dan tahu bahwa akan merasa sakit jika memakannya," kata
Profesor Goheen.
Para gajah nampaknya waspada terhadap gigitan di bagian lunak di bawah belalai mereka.
Herbivora besar lainnya, khususnya para jerapah, akan memakan tumbuhan
itu, mungkin karena mereka tidak terganggu oleh para semut itu. Nigel
Raine, ahli ekologi lainnya dari Royal Holloway, Universitas London,
juga mempelajari tumbuhan semut ini dan mengatakan bahwa para jerapah
akan memakan daun-daun tumbuhan itu walaupun para semut akan mengerumuni
wajah dan mulut mereka dan mencoba menggigit mereka.
"Tiap kali anda menganggu tajuk pohon itu, para semut akan datang dan
memeriksanya. Sebagai seorang ahli ekologi, kamu akan mendapat banyak
gigitan dan sengatan," kata DR. Raine.
Tumbu-tumbuhan yang simbiotik dengan semut bisa ditemukan di belahan
dunia lainnya, khususnya Amerika Tengah dan Selatan di mana tidak
terdapat gajah, tapi herbivora-herbivora besar hidup sebelum akhirnya
punah.
Dalam dongeng, gajah takut akan tikus, tapi dalam kenyataanya gajah
nampaknya lebih takut akan serangga. Penelitian sebelumnya menemukan
bahwa gajah tak hanya takut pada semut tapi akan menghindar dari
wilayah-wilayah yang ada lebahnya, begitu mereka mendengar para lebah
mendengung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar