Catatan sejarah
Padrão Sunda Kalapa (1522), sebuah pilar batu untuk memperingati perjanjian Sunda-Portugis, Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
Meskipun nama Sunda disebutkan dalam prasasti, naskah-naskah kuno,
dan catatan sejarah dari luar negeri, Marwati Djoened Poesponegoro dan
Nugroho Notosusanto menyatakan bahwa belum begitu banyak prasasti yang
ditemukan di Jawa Barat dan secara jelas menyebutkan nama kerajaannya,
walau dalam berbagai sumber kesusastraan, secara tegas Sunda merujuk
kepada nama kawasan.
[3]
Diduga sebelum keruntuhannya tahun 1579, Kerajaan Sunda telah mengalami
beberapa kali perpindahan pusat pemerintahannya, dimulai dari Galuh dan
berakhir di Pakuan Pajajaran.
Catatan sejarah dari Cina
Menurut Hirth dan Rockhill,
[4]
ada sumber Cina tertentu mengenai Kerajaan Sunda. Pada saat Dinasti
Sung Selatan, inspektur perdagangan dengan negara-negara asing,
Zhao Rugua
mengumpulkan laporan dari para pelaut dan pedagang yang benar-benar
mengunjungi negara-negara asing. Dalam laporannya tentang negara Jauh,
Zhufan Zhi, yang ditulis tahun 1225, menyebutkan pelabuhan di "Sin-t'o". Zhao melaporkan bahwa:
“ |
"Orang-oarang tinggal di
sepanjang pantai. Orang-orang tersebut bekerja dalam bidang pertanian,
rumah-rumah mereka dibangun diatas tiang (rumah panggung) dan dengan
atap jerami dengan daun pohon kelapa dan dinding-dindingnya dibuat
dengan papan kayu yang diikat dengan rotan. Laki-laki dan perempuan
membungkus pinggangnya dengan sepotong kain katun, dan memotong rambut
mereka sampai panjangnya setengah inci. Lada yang tumbuh di bukit
(negeri ini) bijinya kecil, tetapi berat dan lebih tinggi kualitasnya
dari Ta-pan (Tuban, Jawa Timur). Negara ini menghasilkan labu, tebu,
telur kacang dan tanaman." |
” |
Buku perjalanan Cina
Shunfeng xiangsong dari sekitar 1430 mengatakan :
“ |
"Dalam perjalanan ke arah
timur dari Shun-t'a, sepanjang pantai utara Jawa, kapal dikemudikan 97
1/2 derajat selama tiga jam untuk mencapai Kalapa,
mereka kemudian mengikuti pantai (melewati Tanjung Indramayu), akhirnya
dikemudikan 187 derajat selama empat jam untuk mencapai Cirebon. Kapal
dari Banten berjalan ke arah timur sepanjang pantai utara Jawa, melewati
Kalapa, melewati Indramayu, melewati Cirebon." |
” |
Catatan sejarah dari Eropa
Laporan Eropa berasal dari periode berikutnya menjelang jatuhnya Kerajaan Sunda oleh kekuatan
Kesultanan Banten. Salah satu penjelajah itu adalah
Tomé Pires dari Portugal. Dalam bukunya
Suma Oriental (1513 - 1515) ia menulis bahwa:
“ |
"Beberapa orang menegaskan
bahwa kerajaan Sunda luasnya setengah dari seluruh pulau Jawa; sebagian
lagi mengatakan bahwa Kerajaan Sunda luasnya sepertiga dari pulau Jawa
dan ditambah seperdelapannya." |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar