Partikel banyak perlu dipertimbangkan secara umum untuk penerapan
fungsi gelombang pada masalah-masalah kimia. Dalam usaha untuk melihat
secara umum aplikasi pada sistem molekul, marilah kita untuk pertama
kalinya mempelajari sistem dengan 2 partikel. Masalah dalam sistem 2
partikel dapat direduksi menjadi masalah satu partikel, ketika gerak
relatif dan gerak titik pusat gravitasinya terpisah.
(a) Pemisahan gerak relatif dari gerak translasi.
Marilah kita mengandaikan bahwa energi untuk dua partikel E dinyatakan sebagai penjumlahan energi kinetik E
1 dan E
2 untuk partikel dan U untuk energi potensial,

(1.66)
dimana
dan m
i, V
i
adalah masa dan kecepatan dari masing-masing partikel ke-i (i = 1 atau
2). Koordinat untuk pusat gravitasi (X, Y, Z) berhubungan dengan
koordinat dari masing-masing partikel (x
i, y
i, z
i).

(1.67)
Karena kecepatan partikel
Vi
adalah sebuah vektor yang terdiri dari turunan terhadap waktu dari
koordianat kartesian untuk partikel, kecepatan untuk pusat gravitasi
VG dinyatakan dengan kecepatan masing-masing partikel sebagai berikut.
Koordinat relatif dapat diperkenalkan sebagai posisi dari partikel kedua terhadap partikel pertama

(1.68)
Kecapatan relatif
V, yang didefinisikan sebagai turunan terhadap waktu dari posisi relatif, diberikan oleh

(1.69)
Gerak
dari pusat gravitasi yang bebas terhadap gerak relatif antara partikel
berhubungan dengan gerak paralel yang menjaga geometri relatif antara
partikel dan disebut sebagai gerak translasi atau translasi.
Gambar 1.15 Gerak relatif dari sistem dengan 2 partikel (a) Gerak rotasi dengan r tetap (b) gerak vibrasi..
Energi dari sistem dengan 2 partikel dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dari energi untuk gerak relatif dan translasi.

(1.70)
Suku
pertama menyatakan energi kinetik dari translasi dan suku kedua
menyatakan energi kinetik dari gerak relatif di mana ? adalah masa
tereduksi yang didefinisikan dalam rumus berikut.

(1.71)
Karena
kita dapat memilih sebuah sistem koordinat sembarang, gerak dari sistem
dengan 2 partikel terhadap koordinat yang tetap pada pusat gravitasi
dapat dengan sederhana dinyatakan sebagai

(172)
Di mana
V = 0 . Ini adalah energi dari partikel dengan masa ? dan dengan kecepatan
V
bergerak dalam energi potensial U. Karenanya, gerak dari sistem dengan 2
partikel dapat direduksi menjadi sistem satu partikel dengan masa
tereduksi ?. Dengan demikian, Hamiltonian dari gerak relatif pada sistem
ini dapat dinyatakan dengan sebuah Laplacian berikut

(1.73)
(b) Pemisahan rotasi dan vibrasi
Gerak
relatif dari sistem dengan 2 partikel dapat dibagi menjadi rotasi dan
vibrasi. Gerak rotasi dapat dibayangkan sebagai rotasi dari sebuah
dumbbell.
Sebuah prototipe dari gerakan vibrasi adalah vibrasi dari 2 buah bola
yang dihubungkan dengan sebuah pegas sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar 1.15. Sudut-sudut adalah variabel yang cocok untuk gerak rotasi.
Marilah kita mentransformasi koordinat kartesian ke dalam koordinat
polar dengan menggunakan (
r ,? ,?) dalam 3 dimensi sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 1.16.

(1.74)
r
adalah jarak dari titik asal koordinat dan disebut sebagai jarak
radial. ? adalah sudut inklinasi dari sumbu-z dan disebut sebagai sudut
polar. ? adalah sudut yang mengelilingi sumbu-z dan disebut sebagai
sudut azimut. Arientasi spasial dinyatakan dengan dua sudut yaitu ? dan
?. Dalam sistem koordinat polar, variasi pada sudut (? dan ?) dan jarak
(r) masing-masing menyatakan gerak rotasi dan gerak vibrasi. Dalam
koordinat kartesian, rotasi dan vibrasi tidak dapat saling dipisahkan.
Gambar 1.16 Koordinat polar.
(c) Persamaan gelombang dalam koordinat polar
Laplacian untuk gerak relatif dari sistem 2 partikel diberikan oleh

(1.75)
? adalah sebuah operator untuk sudut dan disebut sebagai Legendrian

(1.76)
Dengan menggunakan kedua persamaan ini, Hamiltonian untuk gerak relatif dapat ditulis sebagai

(1.77)
Hamiltonian
ini dapat diterapkan pada masalah yang penting dalam kimia. Marilah
kita melihat beberapa contoh dari persamaan gelombang, nilai eigen
energinya dan fungsi gelombang.
(1) Masa tereduksi dan tingkat energi dari atom hidrogen
Contoh
yang umum adalah pada atom hidrogen, yang merupakan sistem dengan 2
partikel yaitu sebuah proton dan sebuah elektron. Persamaan (1.71) akan
memberikan masa tereduksi dari sistem ini dengan masa dari proton adalah
M dan masa dari elektron adalah m sebagai berikut.

(1.78)
Karena
m/M adalah sebesar 1/1836, maka 1/M adalah sangat kecil dibandingkan
dengan 1/m dalam penyebut pada persamaan (1.78). Dengan pendekatan ini,
? = m
dan karenanya Hamiltonian pada persamaan (1.72) dengan jelas sama
dengan gerakan elektron pada sebuah atom hidrogen dengan inti yang tetap
(model Bohr). Secara kaku, masa tereduksi ? haruslah digunakan tanpa
menggunakan m dalam pendekatan M ? ?. Hal yang lebih sesuai dengan
spektra yang diamati akan diperoleh oleh model Bohr jika kita
menggunakan ? dari pada menggunakan m.
Ketika persamaan (1.77) digunakan, nilai eigen energi yang memenuhi
??? = E? menjadi sama dengan model Bohr yang menggunakan masa ? sebagai ganti dari m dan diberikan oleh persamaan berikut.

(1.79)

(1.80)
W
H
adalah energi ionisasi dari sebuah atom hidrogen. Konstanta Rydberg R
yang presisi dengan menggunakan masa tereduksi dinyatakan sebagai
berikut.

(1.81)
Persamaan ini untuk model Bohr akan ter edusi menjadi persamaan (1.24) ketika kita menggunakan
? = m dalam pendekatan M ? ?. Sebagai catatan atas alasan ini, konstanta Rydberg dalam kasus M ? ? sering ditulis sebagai R?.
(2) Rotasi molekul sebuah molekul diatomik
Hamiltonian
pada persamaan (1.77) dapat diterapkan pada rotasi molekul dari sebuah
molekul diatomik di mana gerak rotasi terjadi di sekitar sebuah sumbu
yang mengenai pusat gravitasinya. Panjang r dari atom-atom yang terikat
disebut sebagai panjang ikatan dapat dibuat tetap pada titik
kesetimbangannya dan kita dapat mengabaikan gaya-gaya luar. Maka
kemudian, Hamiltonian untuk gerak rotasi sebuah diatomik molekul dapat
dinyatakan sebagai

(1.82)
I adalah momen inersia dan diberikan oleh

(1.83)
Masa tereduksi pada kasus ini adalah sama dengan pada persamaan (1.71) yaitu untuk masa dua partikel, m
1 dan m
2.
Persamaan (1.82) dapat diterapkan pada sebuah gerak melingkar dari
sebuah partikel dengan masa ?, yang dilekatkan pada satu sisi sebuah
tongkat yang kaku dengan panjang r, dan dengan posisi tetap pada sisi
lainnya yang menjadi titik awal koordinat. Gerak melingkar partikel ini
dibatasi pada permukaan sebuah bola. Sistem rotasi jenis ini disebut
sebagai rotor yang kaku (
rigid). Keadaan stasioner dari sebuah
rotor yang kaku atau rotasi molekular dinyatakan dengan fungsi gelombang
dari dua buah sudut ? dan ?.
Gambar 1.17 Tingkat-tingkat energi rotasi (a) dan spektrum rotasi, (b) Konstanta rotasi, H = (h)/(8??? 2 ?r 2). Aturan seleksi untuk transisi rotasi adalah ?J = ±1.
Dengan memecahkan persamaan
??? = E? dengan persamaan (1.82), tingkat energi dapat diperoleh sebagai berikut (gambar 1.17).

(1.84)
Di
sini J adalah bilangan kuantum rotasi. Rumusan untuk tingkat-tingkat
energi rotasi dapat diterapkan pada rotasi molekular dari molekul
diatomik. Foton yang berkaitan dengan perbedaan energi antara tingkat
energi ke-J dan ke-J+1 yang dinyatakan dengan ?
E dapat diserap dan dipancarkan untuk mendapatkan spektra rotasi molekul.

(1.85)
Transisi
yang terjadi di antara tingkat-tingkat rotasi disebut sebagai transisi
rotasi. B dalam persamaan (1.85) disebut sebagai konstanta rotasi yang
didefinisikan sebagai berikut

(1.86)
Berkaitan dengan meningkatnya J = 0, 1, 2, 3,…, energi yang berkaitan dengan rotasi dan translasi dinyatakan sebagai ?
E dalam persamaan (1.85) meningkat dengan sebuah konstanta jarak yaitu (
h 2 / I)
. Dalam banyak kasus, spektra rotasi dari molekul muncul pada daerah
gelombang mikro dan infra merah. Ketika momen inersia I diperoleh dari
spektra yang diamati, panjang ikatan r dapat ditentukan dengan persamaan
(1.83) dengan mengetahui nilai dari masa tereduksinya. Meski analisa
dapat menjadi sangat rumit, struktur geometi dari molekul yang beratom
banyak dapat juga ditentukan dari spektar rotasinya. Gelombang
elektromagnetik dari media antar bintang dalam ruang angkasa mengandung
gelombang elektromganetik yang dipancarkan sebagai spektra rotasi
molekul. Probabilitas dari rotasi dan translasi bergantung pada
polarisasi listrik dari molekul. Rotasi dan translasi tidak dapat
terjadi pada molekul nitrogen dan hidrogen, karena molekul-molekul ini
tidak memiliki polari sasi listrik.
(3) Vibrasi molekul dari sebuah molekul diatomik
Hamiltonian
pada persamaan (1,77) dapat juga diterapakan pada vibrasi molekul dari
sebuah molekul diatomik yang merupakan gerak melentur dari panjang
ikatan r berada di sekitar jarak kesetimbangannya r
e. Dengan
menetapkan sudut rotasi ? dan ?, Hamiltonian untuk gerak vibrasi dari
sebuah molekul diatomik dinyatakan sebagai berikut.

(1.87)
Karena fungsi gelombang ?(r) adalah sebuah fungsi dari r yang memenuhi persamaan
??? = E?, kita dapat menulis ?(r) dengan menggunakan sebuah fungsi ?(r) sebagai berikut.

(1.88)
Kemudian kita akan mendapatkan dari persamaan (1.87) persamaan berikut.

(1.89)
Untuk
gerak vibrasi yang mengikuti hukum Hooke, energi potensial U adalah
sebanding dengan kuadrat dari perpindahan Q dari posisi setimbangnya
(Gambar 1.18) dan ini diberikan oleh

(1.90)
Di
sini k adalah sebuah konstanta yang berkaitan dengan kekuatan pegas dan
disebut sebagai konstanta gaya. Perpindahan Q dinyatakan sebagai
perbedaan antara panjang ikatan r dan nilai kesetimbanganya r
e.

(1.91)
Dengan
menggunakan perpindahan Q sebagai variabel, fungsi gelombang untuk
gerak vibrasi dari sebuah molekul diatomik diekspresikan sebagai berikut

(1.92)
Dengan
memecahkan persamaan ini, tingkat energi untuk osilator harmonik satu
dimensi diberikan oleh persamaan berikut (Gambar 1.18)

(1.93)
Di
sini ? adalah bilangan kuantum vibrasi dan v adalah frekuensi
fundamental dari gerak vibrasi dan diberikan oleh rumusan berikut.

(1.94)
Frekuensi
ini adalah sama dengan frekuensi fundamental dari sebuah osilator
harmonik satu dimensi dengan konstanta gaya k dan masa tereduksi ?.
untuk sebuak osilator harmonik satu dimensi.
Gambar 1.18 Energi potensial U = ½kQ2 serta tingkat energi dan fungsi gelombang.
Dalam
kasus osilator harmonik klasik, energi pegas yang bervibrasi akan
berubah secara kontinyu. Sementara untuk sebuah osilator dalam teori
kuantum, hanya nilai-nilai energi yang terkuantisasi saja dalam
persamaan (1.93) yang diijinkan. Tingkat energi sebuah osilator harmonik
terpisah dengan jarak yang sama dan perbedaan energi
hv disebut sebagai energi kuantum dari vibrasi. Energi dari keadaan dasarnya adalah
E0= ½
hv
dan energi ini adalah satu setengah dari dari energi kuantum dari
vibrasi dan disebut sebgai energi vibrasi titik nol. Gerak vibrasi dalam
keadaan dasarnya disebut dengan osilasi titik nol.
Sebagaimana
dapat dilihat pada persamaan (1.94), vibrasi dari molekul berosilasi
perlahan untuk sistem yang masif dan cepat untuk sistem yang terikat
dengan kuat. Foton dari perbedaan energi antara tingkat energi ke-(?+1)
dan ke ? yang dinyatakan dengan ?E dalam persamaan (1.95) dapat diserap
atau dipancarkan untuk menghasilkan spektra vibrasi molekular.

(1.95)
Spektra
vibrasi dari molekul biasanya terdapat pada daerah infra merah. Vibrasi
molekul yang berkaitan dengan perubahan dari polarisasi listrik akan
cenderung untuk memiliki transisi vibrasi dengan peluang yang lebih
besar. Vibrasi tanpa perubahan dalam polarisasi listrik tidak akan
menunjukkan transisi-transisi vibrasi.
Meskipun detail dari fungsi
gelombang untuk osilator harmonik tidak dijelaskan di sini,
karakteristik umum mereka dapat dilihat pada gambar 1.18. Jumlah dari
titik nodal pada fungsi gelombang dari osilator harmonik akan meningkat
dengan meningkatnya bilangan kuantum, satu demi satu sama dengan yang
terjadi pada titik nodal pada sebuah partikel dalam kotak satu dimensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar